Sub Judul

"Because no human is perfect... place to learn and enjoy words, phrases and sentences"

Senin, 12 Desember 2011

Jomblo

                Malam itu hujan gerimis meladangi pelataran kos puspa, di teras yang redup oleh cahaya lampu lima watt dan keadaan sunyi yang meremangkan malam, dua orang berlainan jenis kelamin duduk saling berhadapan, tampak sang lelaki duduk tegak pada kursinya, namun sang perempuan hanya duduk bersenderan dan menunduk tersengguk, iya, ia menangis melipatkan kakinya dan menaruh lunglai tangan di pangkuanya.

                “Aku minta maaf…” kata si lelaki, “Aku sadar dengan apa yang aku omongin” imbuhnya.
                “….” si cewek tetap diam, air matanya menetes perlahan.
Si cowok kembali berkata “Saat ini aku ndak memintamu untuk ngerti perasaanku, namun sebaliknya aku yang harus ngerti perasaanmu, aku tau aku melakukan kesalahan….” Sejenak lelaki itu terdiam “kesalahan yang berkecamuk dalam pikiranmu dan menghasilkan pertanyaan ‘mengapa’, ‘apa salahmu’, ‘kenapa aku’, aku ngerti…”
Si cewek sejenak terdiam dari sesenggukannya, menghela nafas dan air matanya mengalir sebutir, dua butir.
Si cowok kembali melanjutkan “ aku ndak merasakan lagi..” kata – katanya tercekat..”aku ndak merasakan lagi rasa deg-degan itu, rasa rindu…. Aku ndak merasakan cinta lagi “
“kenapa kamu ngomong kayak gini!! Kenapa baru sekarang kamu cerita!!!?? Kamu udah nyakitin aku tau nggak” bentak si cewek dengan tangisannya yang semakin menjadi.
Si cowok sejenak terdiam, kemudian mengambil nafas panjang dan mengeluarkanya, hening sejenak, suara rintik gerimis semakin terdengar. Kemudian setelah dirasa cukup jeda, si cowok menjawab
“karena aku dah janji untuk komitmen sama kamu, yang perlu kamu tahu, aku nggak selingkuh, aku setia sama kamu, selama ini aku menjaga komitmen sama kamu, tolong dengerin aku dulu…aku ngomong kayak gini bukan karena aku ingin berpisah dari kamu, tapi karena aku pingin bertanggung jawab atas komitmenku sama kamu”
si cowok menghela nafas, lanjut “aku sayang ma kamu, tapi saat ini aku ngga merasakan cinta lagi sama kamu, aku ngga ingin hubungan kita rusak gara – gara ini, aku ngga ingin kamu mengganggapmu sebagai musuh, aku tahu saat ini kamu membenciku bahkan ga mau mengenalku lagi, tapi yang aku butuhkan kamu cukup dengarkan aku…”
Si cewek semakin tertunduk, kali ini ia terdiam.. sesenggukanya berangsur hilang, namun air matanya masih tampak mengalir.
Si cowok masih melanjutkan, “Aku ngomong ini semua demi kebaikanmu, dan rasa egoku sendiri, kali ini aku pasrah, aku udah bilang apa yang aku rasa, semuanya aku serahin sama kamu, kalau lebih baik kita sudahi hubungan kita, maka aku ingin tetap menjadi orang yang dekat ma kamu, tapi kalo kamu ingin aku tetap njaga komitmen yang aku janjikan sama kamu dulu, maka aku kan  jalani hubungan kita sesuai komitmen kita, aku gak ingin memutuskan semua secara sepihak, semua terserah kamu…”
Kali ini jeda terjadi sangat panjang, berkali-kali kedua orang ini saling menghela nafas, si cowok kini  duduk bersandar, seakan telah melepaskan bebannya, dan tanpa disadari ia pun menitikan air mata, sedikit, yah hanya sedikit…. Sedang si cewek berhenti menangis, tampak ia kehabisan tenaganya untuk menangis, yang ia lakukan hanya menatap kaki meja jenjang dan tak tahu harus berkata apa. Malam semakin larut dan kalut semakin menjadi, hanya hening yang ada, bahkan gerimis telah mereda, suara kodok dan serangga malam bergantian sahut – menyahut mengisi diamnya malam itu.
“em.. udah larut, sebaiknya aku pulang, kamu nggak perlu jawab sekarang, bagaimanapun juga semua terserah kata hatimu, dan aku udah ungkapin semua kata hatiku..” si cowok beranjak memecahkan gelas diam diantara mereka.
Si cewek menengadahkan mukanya, matanya sembab dan merah, namun tak tampak oleh keremangan malam.
“ya” katanya pelan, nadanya datar dan lemah
“ habis ini segera istirahat aja, cepet tidur dan jangan pikirin dulu yang barusan aku katakan, yah, aku pulang dulu, Assalamualaikum..” Si cowo pamitan
“Waalaikumussalam”…
“…”
Motor yang di kendarai si cowok sudah jauh melesat di kegelapan malam saat si cewe menutup pintu kamar dengan pelan, dan terdengar suara tangis lagi.
Adam namanya, Adam Hermandika, si cowok yang berjalan dalam kegelapan dan mengatakan isi hatinya pada gadis yang mencintai sepenuh hati kepadanya, Nina Anindawati, bukan kejujuran cinta namun sebaliknya kejujuran hatinya yang telah lama ia simpan dalam hatinya.
Pagi keesokan harinya, Adam mengawali harinya, mulai dari membuka matanya, dengan bergegas meraih handpone di sebelah bantalnya, segera ia menuliskan short message service berisikan
“ak tahu kmu ndak tdur, yaudah skrng lbih baik kmu shalat trus, bres2x yah, nnti sblum brngkat mkan dlu, dmi ksehtan kmu, krena bgmnapun jga mski ak ngmng kyak kmrin ak msih pdli ma ksehatan kmu, yah, janji ya”
Adam membaca kembali kalimat yang ditulisnya, sejenak ia menghela nafas dan segera menekan tombol send dari hapenya ke nomor pacarnya (saat ini masih jadi pacarnya, bisa dibilang begitu, kan belum resmi putus hehe). Segera setelah itu ia meletakkan hape di tempat semula dan kembali menjalani aktifitasnya seperti biasa, shalat, beres – beres, baca buku sebentar dan baru kemudian setelah ia selesai mandi, sebuah pesan singkat masuk kedalam hapenya
12-Sep-20xx      06.48
From : NinaQ
Ak ga bsa menjalani hub. Tnpa cinta k2 belah pihak, ak bth wktu untk sndri. Km jg nanti mam dlu sblm brgkat, smntara in tlg jgn sms ak dlu. Met pagi
                Adam meletakkan hapenya dan kemudian terduduk diam, sejenak ia bernafas dengan sangat pelan, lalu kemudian melanjutkan persiapannya menuju kampus dengan banyak diam.
                “Aku jomblo” bisiknya pelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar